Tuli Itu Penting

Saya ada cerita bagus ni.
Ceritanya, di jaman dahulu, diadakanlah sebuah perlombaan memanjat gunung yang diikuti oleh berbagai katak dan ditonton oleh manusia (aneh,ya?hihihi).
Sebelum acara dimulai, beberapa manusia yang angkuh sudah tertawa-tawa dan mengatakan kalo para katak tersebut tak akan mampu sampai di puncak gunung itu bahkan, pada saat lomba dimulai, para manusia itu masih saja tertawa-tawa dan berteriak
“Kalian Tak Akan Mampu!!”
“Kalian Hanyalah Sekumpulan Katak Bodoh Yang Tak Akan Sampai Ke Puncak!!”
Dan berbagai teriakan yang kemudian diiringi dengan berjatuhannya berbagai jenis katak yang tak mampu sampai ke puncak sehingga membuat para manusia semakin bersemangat untuk mengejek. Hal tersebut terus berlnjut sampai akhirnya hanya tersisa seekor katak yang masih bersemangat memanjat gunung dan akhirnya…DIA BERHASIL MENCAPAI PUNCAK!!
Saat kemudian katak tersebut turun dan ditanyai teman-temannya mengenai rahasia kemenangannya, sang katak hanya menatap meraka dengan tatapan kosong, karena ternyata…KATAK TERSEBUT TULI!!
Bagi saya, cerita di atas sangat menohok (ehm..) karena saya adalah manusia dengan mental katak-katak yang akhirnya tak mampu mencapai puncak karena sibuk mendengarkan perkataan negatif orang . Entah mengapa, dalam melakukan sesuatu, opini orang lain menjadi pertimbangan besar buat saya sehingga terkadang saya memilih untuk melakukan sesuatu karena ingin merealisasikan apa yang diinginkan orang lain ke saya daripada apa yang benar-benar saya inginkan dan saya sadar, itu sangat merugikan saya.
Saya kurang tahu kalau seandainya teman-teman yang lain juga pernah mengambil keputusan berdasarkan apa yang diinginkan orang lain tapi, bagi saya pribadi, saya sedang berusaha mengubah diri untuk menjadi sang katak pemenang, yang “tuli” terhadap berbagai perkataan orang lain karena saya adalah penerima hasil dari semua keputusan yang saya buat dan bukannya para “manusia” yang sibuk berteriak kalau saya tak bisa.

Posting Lebih Baru Posting Lama

6 Responses to “Tuli Itu Penting”

Unknown mengatakan...

Filosofis banget..

emang sih,dalam beberapa situasi kita harus kaya gitu, tapi kita juga ga bisa menutup telinga dari pendapat2 orang lain yang toh pada kenyataannya sangat berguna bagi kita (Sok2 dewasa ya..)

Intinya, bisa2 kita nge-filt ada..

salam kenal...

Ivana mengatakan...

@fauzan: yup, benar banget,"tuli" yang saya maksud itu bukan sepenuhnya menolak pendapat orang. Kalo pendapatnya bagus ya jangan jadi tuli,hihihi..
salam kenal juga

Antown mengatakan...

hi ivana, "suara hati" milik kita kata mbah saya lebih jujur lho..., karena dia bisa mengatakan ini baik untuk saya dan ini buruk untuk saya..

Ivana mengatakan...

@antown : setuju,mas...
saya sadar akan hal itu dan sekarang sedang berusaha untuk lebih mendengarkan kata hati,hehehe

astrid savitri mengatakan...

hebat tuh katak, biar tuli mampu manjat gunung..

Ivana mengatakan...

@astrid: hahaha...namanya juga cerita dongeng mba'...tapi omong-omong, tuli maupun ngga' saya rasa ngga berpengaruh tuh di lomba panjat gunung,hihihi