Februari 2008

Cara sederhana Bikin Media Cetak

Bosan jadi pembaca?

Bagaimana dengan membuat media cetak sendiri?

Cukup menantang?

Saya coba ya, bagi-bagi pengalaman saya.

1. Tentukan segmen dan target pembaca

Tanpa penentuan yang jelas terhadap segmen dan target kamu, semuanya bisa kacau.

Contohnya, mari kita berandai-andai kalo segmen pembaca kamu adalah wanita. Setelah kamu menentukan wanita sebagai pembaca kamu, untuk lebih tertarget dan terfokus, tentukan umur dari pembaca wanita kamu. Sama seperti saya, saya memilih Pemuda Agama Khonghucu sebagai segmen saya lalu menargetkan pemuda untuk menentukan gaya bahasa yang dipakai dalam majalah saya.

Pokoknya, media cetak yang baik adalah media cetak yang mempunyai sasaran pembaca yang tertarget karena itulah yang akan menentukan gaya bahasa yang dipakai serta konsep yang nantinya akan dikembangkan. More examples?

Coba kamu bandingkan Femina, Cita Cinta, GoGirl, dan Kawanku. Semuanya untuk cewek tapi memiliki isi dan gaya bahasa yang beda.

2. Tentukan bentuk media cetak

Menurut Bung Affan dan Mufti lewat buku Quick Journalism:

Koran berukuran ½ plano

Tabloid berukuran ¼ plano

Majalah berukuran ½ tabloid

Buku berukuran ½ majalah

Newsletter berukuran kwarto dengan jumlah halaman 4-8

Buletin berukuran ½ majalah

Kemudian, yang lagi trendi sekarang adalah majalah mini yang seukuran buletin dengan jumlah halaman lebih dari 20 halaman.

Semuanya tergantung selera dan kemampuan sasaran kamu.

Kalo untuk saya pribadi, karena saya suka menulis untuk anak muda, saya paling suka format majalah mini. Lagian, sekarang sudah banyak media cetak (esp.majalah) yang ukurannya dipermungil supaya gampang dibawa kemana-mana oleh pembacanya.

3. Mulai Ciptakan Rubrik

Rubrik-rubrik ini penting untuk mengisi media cetak yang kamu buat yang mana, kombinasi dari semua rubrik ini akan memciptakan karakteristik dari majalah kamu. Rubrik ini penting supaya kamu punya pegangan dalam menulis atau mencari data.

Sekedar info, biasanya, ada 2 macam rubrik:

Yang pertama itu adalah Rubrik Tetap yaitu rubrik yang HARUS ADA di setiap edisi

Yang Kedua itu Rubrik Nggak Tetap (Bagusnya kita namakan apa,ya?) yaitu rubrik yang muncul untuk mendukung tema yang diangkat media cetak kamu, yang nggak harus muncul di edisi berikutnya.

4. Mulai Menulis dan Mencari Data

Ayo, mulailah menulis beberapa artikel dan cari data (lewat internet maupun interview) yang relevan dengan tema yang kamu angkat untuk penerbitan perdana media cetak kamu.

Contohnya?mmmm...

Kalau seandainya media cetak kamu terbitnya April dan kamu mengambil tema April Mop, coba cari data-data tentang sejarah April Mop. Kamu juga bisa menulis artikel yang berisi tentang pandangan kamu mengenai April Mop. Atau, kamu bisa cari data seleb yang suka bo’ong bahkan, mewawancara teman-teman di komunitas kamu tentang pengalaman bo’ong mereka yang paling berkesan. Ayo semangaaaat....

5. Naik Cetak

Kalo jumlah media cetak yang kamu terbitkan hanya sedikit, diprint saja.

Eh,jangan salah!

Print media cetak nggak bisa sembarangan dalam arti, jumlah semua halamannya (termasuk cover) harus kelipatan 4 karena 1 lembar kertas saja harus berisi 4 halaman. (kecuali kalo kamu mau ada halaman kosong,mmmm...lebih baik jangan deh!jelek banget kalo ada halaman kosong).

Cara print:

Contohnya kamu membuat 8 halaman, yang artinya kamu membuat buletin.

Artinya, kamu hanya perlu memprint 2 lembar kertas sebagai “master”. Kalo sudah berhasil, kamu bisa memperbanyaknya sesuka kamu. Toh, formatnya sudah ada di komputer kamu.

Mau lebih mudah? Diperbanyak dengan cara fotokopi saja(itu juga kalo kamu mau buletin kamu hitam-putih).

Nah sekarang ada halaman 1-8 (termasuk cover yang ada di halaman 8) untuk diprint, maka:

1 Klik menu File-Page Setup lalu tentukan ukuran kertas kamu di menu paper. (Bagusnya sih, A4). Dilanjutkan dengan klik menu margin dan pilih landscape di orientation serta 2 pages per sheet di bagian pages

2 Klik insert-page number dan pilih inside

Nah, kamu bisa mem-print data kamu (jangan lupa untuk menutupi halaman yang ada pada cover dengan textbox tanpa garis pembatas) dengan urutan print :

KERTAS 1

Print pertama : klik 7,8 di bagian pages-OK

Print kedua : klik 1,6 di bagian pages-OK

KERTAS 2

Print Pertama : Klik 3,2 di bagian pages – OK

Print kedua : Klik 4,5 di bagian pages – OK

Sekarang, bagaiaman rasanya punya media cetak ciptaan sendiri?

Jangan lupa untuk dibagi-bagi (atau bahkan dijual?). Nilainya lebih berharga kalo dibaca orang,lo!




Gugup Waktu Presentasi

Seorang teman saya pernah bilang,

“Ivana, entah mengapa, setiap kali presentasi, saya mulai keringat dingin, jantung saya berdebar kencang, dan ini ni, perut saya mual-mual. Apa itu penyakit,ya? Kok saya lihat, ada yang nggak pernah keliatan gugup? Gimana ya caranya supaya nggak gugup saat mau presentasi?”

Saya hanya melihat sebentar ke arah dia, sempat bangga juga sih, jadi orang yang dicurhatin,hehehe...

Saya lalu bertanya balik,

“Memangnya, dari mana kamu tau kalo mereka nggak gugup?”

“Tau aja...soalnya mereka nggak kayak aku, yang uring-uringan begini...”

“Bagus deh, kalo kamu uring-uringan..” jawabku santai dan, sebelum teman saya melakukan kekerasan, saya langsung melanjutkan.

“Itu artinya, kamu excited dengan yang bakal kamu lakukan jadi,bagus dong!!”

Dan, jawaban saya ini bukannya nggak beralasan,lo!

Dulu saya sempat ikut workshop Bang Farhan tentang jadi presenter yang diadakan oleh GenAsik.

Bang farhan bilang,

“Kalo kamu gugup,baguslah. Soalnya, kalo kamu kehilangan kegugupan dan ketegangan kamu, artinya kamu udah nggak punya passion lagi terhadap yang sedang kamu kerjakan.”

Kalo saya pikir-pikir lagi, betul juga sih.

Rasa gugup sih normal, karena itu artinya, kita memang peduli pada apa yang sedang dan akan kita kerjakan. Nah, yang diperlukan di sini bukanlah menghilangkan rasa gugup namun, manajemen kegugupan yang efektif. Jangan sampai kegugupan itu jadi hal yang negatif bagi hasil presentasi kita.

Caranya?

Yang pasti, persiapan bakal pegang peranan penting soalnya, dengan persiapan yang baik, kita hanya tinggal berusaha SEDIKIIIIIT saja, supaya berhasil dalam presentasi.

Mulai dari persiapan bahan (slide power point, fotokopi handout), waktu (jangan datang telat), kebugaran (jangan begadang di malam sebelumnya) sampe alat-alat presentasi (usahakan jangan sampe rusak saat hari H)

(Sekali lagi, Saya bukan ahlinya lo, tapi suka aja bagi-bagi. Kalo ada yang suka kasih masukan,please.....)

Trus, dosen saya juga pernah bilang ke kelompok saya waktu mulai presentasi,

“Santai aja. Toh disini, kalian yang paling tau isinya dibandingkan dengan audiens kalian yang nggak tau apa-apa.”

Ini cukup efektif,lo!

Setiap kali saya mulai presentasi saya selalu membentuk pemikiran bahwa, khusus untuk presentasi yang saya bawakan, saya adalah si paling pinter dan, saya adalah sang “guru” yang mengajar ke murid saya yang nggak tau apa-apa jadi, ucapkan saja apa yang saya pikirkan. Toh, kita ini paling pinter,hehehe....

Saya juga pernah baca tulisan Ivy naistdt soal bicara di depan umum. Ivy meminta kita untuk menuliskan hal-hal terburuk yang bisa terjadi saat presentasi dan mulai membayangkan bila kita mengalami hal-hal tersebut, sekedar untuk mempersiapkan mental kita agar kita siap di hari H kalaupun hal itu benar-benar terjadi.

Kemudian, setelah menyiapkan mental kita untuk hal-hal terburuk yang mungkin terjadi, kita bisa menuliskan hal-hal yang luar biasa menyenangkan yang bisa terjadi saat presentasi. Baik dipuji, sampai mendapatkan tepuk tangan meriah. Bagaimana rasanya?

Menyenangkan?

Saya percaya, saat itu, rasa percaya diri kamu akan tercipta dan, kamu akan siap memulai presentasi kamu.

Tarik nafas.....mulai!!!




YUK, BIKIN MAJALAH SENDIRI

Kadang-kadang, penolakan itu sakit.
Dan, sebelum (satu-satunya) artikelku dimuat, saya sempat putus asa.
Kayaknya, saya bukan penulis deh!
Tapi...Nggak!!
Saya adalah penulis (maksaa...) dan,
Akhirnya, saya bikin majalah sendiri (eng..ing...eng...) yang namanya d’max.
D’max itu majalah mini internal yang targetnya pemuda agama Khonghucu yang bermukim di Manado. Terbitnya Bulan April 2007 dengan 16 halaman dan Total Eksemplar: 25 majalah (Maklum, pemuda kami nggak banyak-banyak amat!!)
Sempat gugup juga sih, soalnya itu majalah coba-coba yang dibuat oleh penulis nggak berpengalaman kayak aku. Eh, nggak disangka ternyata mendapat respon positif.
Jadi deh, majalahnya terbit tiap bulan dengan pertambahan rubrik dan halaman sampe 50-an karena dibantu sama teman-teman lewat tulisan-tulisan hebat mereka.Pokoknya teman-teman PAKIN (Pemuda Agama Khonghucu Indonesia) MANADO TOP ABIS!!!
Sayang karena kesibukan masing-masing, sempat terjadi beberapa kali penundaan waktu terbit bahkan kadang-kadang terjadi akumulasi edisi yang artinya, sekali keluar untuk 2 bulan (hehehe..).
Kalo penasaran membaca d’max secara online, bisa lewat situs ini:
http://www.kongmiaolitang-mdo.com
trus, cari bagian d’max online. Atau, bisa juga lewat blog saya di
http://www.blogchex.com/thisisivana
dan klik Pakin Manado di bagian blogroll (promosi blog sendiri...cuih,hehehe)
(Sekedar info, layanan d’max online ini disediakan oleh salah satu anggota PAKIN MANADO yang kreatif: Denny Prayogo. Two thumbs up,Den!!).
Nah, back to laptop.
Karena keterbatasan dana,energi dan waktu, d’max ini sendiri masih dalam format hitam putih alias difotokopi tapi, kalo kamu berminat membuat majalah internal untuk komunitas kamu dengan jumlah eksemplar yang banyak, kamu bisa lewat penerbitan supaya lebih bergengsi,hehehe.
Bisa juga sih diprint satu-satu biar berwarna tapi,lelahnya itu lo.
Sekarang, soal manfaat dari capek-capek bikin majalah internal (lebih bagus sih, majalah mini), ada beberapa ni. Coba simak:

1.Tulisan kamu akhirnya NAMPANG DI MAJALAHManfaat ini jadi nomor satu, soalnya saya sendiri waktu terpikir untuk bikin Majalah Internal dalam bentuk mini, alasan kuatnya ya....yang satu ini,hehehe...

2.Tambah Pengalaman dan Pengetahuan
Untuk setiap staf majalah ini, semuanya bisa dapat pengalaman baru. Contohnya?
Yang bertindak sebagai pewawancara, bisa jadi lebih berani dan tau rasanya jadi wartawan,;yang bertindak jadi tukang cari data di internet dijamin tambah pinter soalnya pasti semua berita dan data yang ada dibaca semua;yang jadi penulis artikel lama-lama jadi punya style sendiri dalam menulis juga, jadi lebih kritis dalam menulis sesuatu;yang mengisi rubrik feature(teka-teki, tips atau apa kek) jadi bisa deh mengekspresikan diri sepuasnya; akhirnya, bagian layout dan percetakan bisa dapat trik-trik baru dalam melayout atau mencetak. Belum lagi bagian bendahara, editor dan masih banyak lagi.

3.Punya Kontribusi Pada Komunitas kamu
Majalah kamu pasti dong, punya kontribusi dalam hal informasi dan publikasi terhadap komunitas kamu jadi, enak dong, nggak hanya bisa mengeluarkan ide tapi juga bisa jadi pahlawan kecil-kecilan.

4.Dan, masih banyak lagi manfaat yang bisa kamu dapat setelah membuat sebuah majalah sederhana untuk komunitas kamu.
Mau coba?
Kamu bisa baca lebih lanjut di tulisan saya : LANGKAH-LANGKAH SEDERHANA BIKIN MAJALAH SENDIRI.
Sekedar tambahan ya bos, saya ini hanya pemula di bidang ini tapi saya coba deh bagi-bagi pengalaman. Kalo ada langkah yang dirasa kurang efektif atau nggak sreg, saya mohon masukannya,ya?
Pliiiissss
Hidup Orang Narsis!! Hehehehe......


KOK KARYA SAYA NGGAK PERNAH DITERBITKAN?

Saya orangnya suka bicara, suka nulis,suka...yah, namanya juga cuma suka jadi cuma berakhir di kertas HVS dan nggak pernah diterbitkan. Beberapa artikel dan cerita saya yang nggak kunjung terbit sudah saya simpan dengan rapi di blog saya :
http://www.blogchex.com/thisisivana
Kalo sempat dibaca, tolong dikomentari,ya? Saya ingin tau, kok karya agung saya bisa-bisanya ditolak?(hahahaha...cuih...dasar narsis!!)
Menyerah?
Gila aja!! Justru penolakan itu yang membuat saya lengkap sebagai penulis (hoeeek...hehehe). Saya sih cuek aja wong, saya ini pemula jadi, penolakan itu yang akan membuat saya belajar untuk lebih baik.
Tapi, kok sudah belajar-belajar masih ditolak juga,ya?
Untuk novel, sudah coba saya kirimkan ke 2 penerbit. Alasan ditolak:
Penerbit 1: Tema yang saya angkat nggak menarik dan komersial (hikz!!)
Penerbit 2: Apa,ya? Lupa....mmm...kalo nggak salah, kurang menarik (maklum, suratnya sudah saya daur ulang jadi pembungkus pisang goreng,hehehe...nggak ding!! Disimpan tapi lupa disimpan di mana...)
Untuk artikel, yah...ditolak secara nggak langsung lewat nggak munculnya artikel saya di majalah yang dimaksud tapi lumayanlah, “penantian” itu selalu membuat saya semangat menunggu-nunggu dan bikin saya punya harapan walau akhirnya pupus juga.
Gagal?
Ya, bikin harapan baru lagi,dong! Caranya? Tulis artikel lagi,hehehe...
Akhirnya...
Kamu percaya nggak kalo artikel saya akhirnya dimuat?
Tepatnya di majalah Cita Cinta edisi Desember 2007.
Artikelnya tentang mama saya, pas waktu itu bulan Desember (bisa dibaca di blog yang saya sebutkan di atas).
Artikel saya itu muncul di Rubrik Suka Suka. Mulanya, saya sempat drop juga soalnya, saya berharap munculnya di 1 edisi sebelumnya (supaya pas 22 Desember) tapi pas nggak dimuat, yah langsung kecewa soalnya udah ilang momen.
Nah, pas ditelpon sama salah satu staf Cita Cinta, saya kebetulan lagi di perjalanan menuju ke rumah aku dan wuzz....
Cepat-cepat balik ke rumah untuk meng-SMS nomor rekening...
WUIIIIHHHH SENANGNYA.....
Kamu tau kan, bagaimana rasanya AKHIRNYA....diterima setelah sekian kali ditolak terus?
HUAHAHAHAHAHA....BERJUTA RASANYA!!!!
Lalu, mengapa akhirnya artikel saya dimuat?
Mungkin....karena saya cantik?(hehehe..nggak ding!!!)
Saya menyimpulkan, mungkin karena saya mengirimkan artikel saya DENGAN TOPIK YANG RELEVAN dengan momen saat itu.
Nggak tau ya...
Mungkin Cuma beruntung aja...

Kesimpulannya?
Kamu jangan pernah menyerah ya, kalo ditolak. (except soal cinta. Nggak tanggung jawab deh, soal yang satu itu).
Coba terus!!!
Kalo perlu, pas waktu kamu sudah 99.9% HAMPIR MENYERAH, tulis di secarik kertas:
HARI INI, SAYA HAMPIR MENYERAH!!!
Nanti juga kalo kamu berhasil, kamu akan ketawa sendiri membaca kertas itu. Sip?
Aku aja yang urakan bisa diterima. Apalagi kamu?


JANGAN PEGANG KERTAS SAAT BICARA

Dulu, waktu saya masih mahasiswa semester 1, saya dan seorang teman diminta untuk mewakili fakultas saya untuk ajang English Speech Competition yang dilaksanakan di Fakultas Hukum Universitas saya. Mulanya sih menolak (J) secara, waktunya mepet dan saya kurang fasih berbahasa Indonesia (bukannya karena saya bule, tapi karena saya cadel alias nggak bisa bilang R) tapi akhirnya, setelah didorong teman-teman yang nggak bertanggung jawab, saya ikut juga.
Waktu Hari H, lumayan gugup, apalagi saat melihat penampilan Teman aku yang sudah duluan berpidato ria.
Pidatonya bagus,lo!
(Saya lupa tentang apa tapi seingat saya, pidatonya bagus)
Tapi ada sesuatu yang kurang.
Bukan, bukan cara penyampaiannya tapi, kertas yang dia pegang terus-terusan bergerak ke atas ke bawah karena tangannya bergetar.

Teman, tahukah kamu kalo memegang kertas saat berbicara itu kesalahan fatal?
Nggak apa-apa sih kalo kamu MC Profesional yang tinggal membaca poin-poin di Q Card tapi, untuk kamu yang bawa kertas untuk membaca karna gugup dan takut lupa, membaca kertas akan berakibat sangat fatal karena kertas tersebut seperti meneriakkan ke orang-orang kata-kata:
“SAYA GUGUP!!!”
“SAYA TAKUT!!!”
Walaupun kamu nggak keringatan, orang-orang tetap saja tau kamu gugup. Wong, kertas kamu bergerak terus.
Ini juga yang jadi masalah teman saya pada saat pidato. Walaupun isi pidatonya bagus tapi rusak dengan tampilan tangannya yang gemetar terus.

Lalu, saat itu, bagaimana dengan saya?
Setelah teman saya, ada dua orang dan akhirnya saya muncul,deh(eng..ing..eng..)
Waktu itu, saking gugupnya, saya mencoba menghafal pidato saya berulang-ulang dari rumah untuk sekedar jaga-jaga. Nah, belajar dari teman saya, saya coba untuk membuat poin-poin penting secara kilat dan memoles cara saya pidato. Yah, mudah-mudahan bisa.
Finally, pidato saya sukses dan nggak keliatan gugup soalnya nggak pakai kertas.
Kerennya lagi, saya dapat Juara 2 atas pidato saya yang judulnya kalo nggak salah,
“Indonesia as a Potential Country for Terrorism”

Kesimpulannya?
Boleh sih, bawa kertas saat bicara tapi ada baiknya yang kamu bawa itu kertas kecil yang berisi poin-poin penting untuk dijabarkan dan bukannya kertas besar untuk dibaca secara keseluruhan.
Lama-lama, kalo sudah terlatih lewat menjabarkan hal-hal lewat poin-poin, coba untuk tampil tanpa kertas. Good Luck!!


Mengapa "speak up with me?"

Waktu Sign Up, saya diminta untuk mengisi welcome words dan tercetuslah Speak up With Me. Lalu, mengapa saya memilih Speak Up With Me?
Alasannya, karena bagi saya, Speak Up terbagi atas dua cara, yaitu: Lisan dan Tulisan.
Lisan, yaitu lewat presentasi, bicara dengan orang lain dan bahkan khotbah.
Tulisan, yaitu lewat menulis diary, artikel, cerpen dan bahkan novel.
Nah, di blog ini, saya coba untuk share dengan teman-teman lain soal cara speak up, yang siapa tau bisa membantu teman-teman lain.
Teman-teman juga bisa menambah tips supaya saya juga bisa banyak belajar.
Jadi please, Speak Up With Me...

Postingan Lebih Baru Postingan Lama