Saya Bangga Jadi Orang Indonesia


Kapan terakhir kali anda mendengar kalimat di atas? Atau, tanyakan pada diri anda sendiri, kapan terakhir kali anda mengucapkan kalimat di atas?
Bila kening anda berkerut, berarti anda sependapat dengan saya, kalau bahwasanya, nilai kebangsaan dalam tubuh negara kita sudah menurun drastis. Lalu, mengapa hal ini bisa terjadi?
Bagaimana mungkin kita bangga menjadi penduduk dari negara yang penuh dengan kriminalitas? Penduduk dari negara yang sering mati lampu?Penduduk dari negara yang jalannya sering rusak-rusak? Penduduk dari negara yang, bahkan mengurus surat-surat saja susahnya minta ampun kalo tak memakai duit pelicin. Jadi, cukup beralasankah bila kalimat di atas jarang kita dengar dari teman kita? Dari orang tua kita? Dari saudara kita? Dan, bahkan dari diri kita sendiri? Jujur saja, dulunya, saya adalah anggota resmi dari kategori orang-orang yang jarang mengatakan kalimat tersebut, walau entah sudah berapa banyak upacara bendera dan perayaan kemerdekaan yang saya ikuti sehingga mungkin, bila saya rangkum berbagai alasan mengapa
saya sampai masuk kategori tersebut adalah, karena negara saya TIDAK MAKMUR.
Sejauh yang saya tahu, memang belum ada survey resmi mengenai hubungan antara tingkat kemakmuran suatu negara dengan rasa nasionalisme atau kebangsaan penduduknya tapi, secara logika, saya rasa itu cukup masuk akal. Semakin hebat suatu negara, kita akan semakin bangga menjadi bagian dari negara tersebut jadi, dengan mengingat berbagai kekurangan dalam tubuh negara kita, saya rasa cukup beralasan kalau begitu banyak orang yang tidak bangga menjadi bagian dari negara Indonesia.
Pendirian saya akhirnya goyah saat saya menonton film Komedi karya Deddy Mizwar berjudul NAGA BONAR JADI 2, karena film tersebut berhasil menggugah rasa kebangsaan saya bahkan, saya sampai terharu melihat betapa hormatnya Naga Bonar pada pahlawan-pahlawan pendahulu kita Di film tersebut, dari sudut pandang Naga Bonar, saya bisa merasakan betapa heroiknya para pahlawan pendahulu kita, karena mereka mendahulukan kepentingan negara dan mengesampingkan kepentingan diri mereka, hanya untuk menciptakan udara kebebasan yang kita hirup sekarang yang mana, salah satu adegan kesukaan saya adalah saat Naga Bonar melihat Patung Soekarno-Hatta dan menggambarkan betapa luar biasa perasaannya saat mendengar kata itu...kata MERDEKA!!!
Namun, bukan hanya Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta saja yang patut kita ingat karena, jalan menuju kemerdekaan itu melibatkan berbagai nama, mulai dari Pangeran Diponegoro, Dr.Sam Ratulangi, Jendral Sudirman dan begitu banyak tokoh hebat lain yang rela menumpahkan darahnya agar sang saka merah putih dapat berkibar, yang seiring berjalannya waktu, kita menyebut mereka secara hormat sebagai PAHLAWAN.
Secara definisi, seperti yang sering saya pelajari sejak duduk di bangku Sekolah Dasar, Pahlawan adalah orang yang berjasa dalam merebut, mempertahankan dan mengisi kemerdekaan. Memang kita sudah tidak mungkin lagi menjadi pahlawan karena merebut dan mempertahankan kemerdekaan namun, siapkah kita menjadi pahlawan karena mengisi kemerdekaan? Siapkah kita menjadi generasi yang memajukan negara kita? Siapkah kita menjadi generasi yang mengharumkan nama negara kita? Dan, siapkah kita menjadi orang pertama dalam lingkungan kita yang berkata,”Saya bangga menjadi Orang Indonesia” bukan karena formalitas, bukan karena paksaan, tapi karena kita benar-benar mencintai tempat kelahiran kita ini, dan karena kita mempunyai tanggung jawab untuk terus “mengibarkan bendera merah putih” di tanah air kita ini.
Bukankah generasi kita sudah dihadiahi kemerdekaan dan kebebasan oleh para pahlawan kita? Jadi, dengan berbagai kemudahan yang kita dapatkan dibandingkan masa sebelum kemerdekaan, sudah seharusnya membuat kita punya lebih banyak kesempatan untuk menjadi orang sukses yang mana, kita harus ingat kalau semakin sukses kita, semakin besar tanggung jawab kita untuk membuat sukses orang-orang bangsa kita,seperti yang dikatakan Sam Ratulangi dalam filsafat "Si Tou Timou Tumou Tou"-nya yang berarti, manusia baru dapat disebut sebagai manusia, jika sudah dapat memanusiakan manusia
Mungkin negara kita kita tak sehebat Amerika, tak secanggih Jepang, tak sebesar Cina dan tak semakmur Singapura namun, harus kita ingat kalau kita dilahirkan di salah satu Propinsi Indonesia yang disebut Nyiur Melambai, kita dibesarkan dengan makanan yang diberi nama Tinutuan, kita berlibur dengan keluarga kita di Pantai Bunaken, kita melakukan perjalanan wisata lewat Bandara Sam Ratulangi dan uniknya, kita diajarkan lingkungan kita untuk menyebut kata “nyanda” untuk mengatakan “tidak”.
Memang berat bagi kita untuk mencintai tempat yang tidak memfasilitasi segala yang kita inginkan tapi, seperti yang dikatakan oleh John F. Kennedy, “asks not what your country can do for you; ask what you can do for your country” (Jangan tanyakan apa yang dapat dilakukan Negara untukmu, tetapi tanyakan apa yang dapat kamu lakukan untuk Negaramu).
Jangan biarkan darah pahlawan kita mengucur dengan cuma-cuma. Jangan mau kekayaan alam negara kita “dirampok” negara yang kaya SDMnya. Harusnya, negara kita adalah salah satu negara paling “kaya” di dunia, ditilik dari berbagai keanekaragaman dan keunikannya namun, kekayaan itu tak akan pernah sempurna tanpa kekayaan SDM Lalu, mengapa negara kita tak bisa memperoleh kekayaan yang sempurna?
Alasannya, karena kita tidak mencintai negara kita. Karena kita tidak menghargai jasa para pahlawan yang menciptakan udara kemerdekaan. Karena setelah kita punya cukup ilmu, kita tidak ingin memajukan negara kita sendiri. Karena saat kita punya kekuasaan, kita lebih mementingkan kepentingan pribadi dibandingkan kepentingan negara. Dan, karena saat kita berbicara dengan teman-teman kita, kita selalu mengatakan kalau kita menyesal dilahirkan di Indonesia dan bukannya negara lain.
Jadi, dari pernyataan di atas, bukankah bisa kita simpulkan kalau Indonesia akan mendapatkan kekayaannya yang sempurna lewat kecintaan dan kebanggaan penduduknya pada negaranya?
Maka dari itu, di saat-saat kemerdekaan ini, mari kita mulai belajar untuk melatih diri kita agar mencintai negara kita yang MERDEKA ini dan, jangan lupa untuk menularkan virus “kecintaan dan kebanggaan pada negara” ini pada yang lain karena, saat semua penduduk Indonesia mencintai Indonesia sebagaimana mestinya, saat itulah kita akan menjadi BANGSA YANG BESAR karena, bukankah BANGSA YANG BESAR ADALAH BANGSA YANG MENGHARGAI JASA PARA PAHLAWANNYA?

Posting Lebih Baru Posting Lama

5 Responses to “Saya Bangga Jadi Orang Indonesia”

Toni Blog mengatakan...

hmm, mungkin juga ya..soal aku ga terlalu perhatiin hal ini, apalagi hidup melarat hehehehe..lebih konsen perbaiki nasih sendiri :D

muhfiasbin mengatakan...

Aku gag pernah nyesal jadi anak bangsa. Aku gag pernah nyesal dilahirkan di sini.

Tapi, aku nyesal karena gag tahu bagian mana dari INDONESIA ini yang bisa dicintai lagi. Bagian mana dari INDONESIA ini yang bisa ku cintai?

Sisanya cuma kasian, karena kita pun tak pernah memilih. Memilih jalan yang sama dan tujuan yg sama.

Antown mengatakan...

rasa bangga itu biasanya muncul saat kita plesir ke daerah lain, dima adisana kita bisa melihat kekayaan dan potensi indonesia.

tapi rasa itu terkada sirna ketika kita melihat realita yang ada

rizky mengatakan...

Betullllll, bangsa yang besar selalu menghargai jaza para pahlawannya...

mungkin kita harus melihat pilm naga bonar, biar kita bisa selalu memupuk rasa nasionalisme??

Ivana mengatakan...

@tony,moehfi antown:hohoho...
@rizky:setujuuu!!