Kisah Si Penulis Tanpa Tanda Jasa

“Senang Sekali novel pertamaku ini akhirnya naik cetak juga ...”
Cyntia Surentu-Pacarku Selebriti
“Akhirnya! Novel pertama gue diterbitin juga...”
Eifel – Teman Tapi Musuh
“UNBELIEVABLE!! My Lullaby yang menjadi proyek iseng masa liburan akhirnya diterbitkan...”
Vie – My Lullaby

Tak terasa, air liur saya menetes juga (Cuih! Dasar Jorok!). Yaah, siapa juga sih yang nggak iri melihat banyak teman-teman penulis yang sudah berhasil menerbitkan buku sementara saya? Hanya terdiam dan ngiler membaca sederetan ucapan terima kasih mereka (huwaaaa....).
Memang, membaca ucapan terima kasih adalah salah satu hobi aneh saya, yang ternyata berhasil untuk terus memompa saya agar dapat terus memotivasi diri. Selain hobi aneh tersebut, saya juga suka mengunjungi Forum Pulau Penulis yang selalu menyumbangkan mental positif terhadap PTTJ (Penulis Tanpa Tanda Jasa) seperti saya agar selalu semangat. Pokoknya forum itu TOP deh. Buat yang memang hasratnya menulis, perlu deh berkunjung ke sana.

Di samping dua hobi saya itu, saya juga membiasakan diri untuk terus membaca chicken soup for the writer’s soul yang sudah saya anggap sebagai “kitab pegangan penulis” saya yang mana, di dalam buku tersebut, ada rentetan kalimat yang benar-benar mengerti penderitaan (hiperbola,huh!!) PTTJ seperti saya. Mm, saya tulis di sini ya, biar teman-teman juga tambah semangat :
Ada Satu Hal Yang Dimiliki Semua Penulis Sukses : Tabah Menghadapi Penolakan. Berulang Kali (Ini mah gue banget!!he..he..he..hikz!!). Mungkin Selama Bertahun-tahun. Seorang Profesional Sejati mempunyai sebuah keranjang sampah penuh kertas, satu laci (atau lebih) penuh surat penolakan dan tentu saja, satu lagi tulisan yang sedang dikerjakan.Rasanya, setiap membaca kalimat tersebut, semangat saya terus terpompa karena bagaimanapun kecewa dan hancurnya perasaan saya (ciee..kalah deh patah hati) setiap kali ditolak, saya harus tetap menyiapkan tulisan yang baru karena saya jadi teringat kembali dengan alasan saya menulis yaitu : ......
Alasannya hanya karena menulis memang satu-satunya hal yang AMAT SANGAT SAYA SUKAI. Saya menulis karena memang begitulah saya dari kecil bahkan waktu SD, saya pernah menjual selembar cerita rekaan saya seharga Seratus Rupiah pada seorang teman saya. Entah karena dianya yang nggak enak sama saya, dianya kebanyakan uang, saya memang jago pemasaran atau...cerita saya memang benar-benar bagus (saya cenderung percaya pada yang terakhir ini,hahaha...Narsis!!)
Soal sistem penjualannya, bila saya ingat-ingat, rasanya lucu juga. Ceritanya, saya menggambar enam kotak dalam selembar kertas yang mana, setiap kotaknya saya tulis judul-judul cerita yang sebagian sudah saya tulis dan sebagiannya lagi belum sempat saya tulis tapi ide ceritanya sudah ada di kepala saya. Nah, lucunya, satu-satunya teman saya (sebut saja mawar) yang membeli waktu itu malah memilih judul yang belum saya tulis. Wuiih, langsung deh saya tulis cepat-cepat dan langsung dijual. HOAAAAAH!!!!Senangnya....Penghasilan Pertama Dari Menulis !!!
Pokoknya, menulis sudah menjadi bagian hidup saya sejak SD bahkan sampai kuliah dan akhirnya, satu dari artikel-artikel yang saya kirim diterbitkan juga di majalah cita cinta. Wuaah..senangnya...
Mm...rasanya, hidup saya hampa tanpa menulis dan karena itu, saya akan terus membagi pengalaman menulis saya (dan juga para penulis lain) yang saya harap bisa memotivasi dan menghibur teman-teman penulis semua untuk tetap berkarya.
Akhirnya, bagi teman-teman penulis, keep on writing,ya...karena, seperti kata Bud Gardner :
Ketika Kamu Bicara, kata-katamu hanya bergaung ke seberang ruangan atau di sepanjang koridor. Tapi ketika kamu menulis, kata-katamu bergaung sepanjang Jaman.
(saking sukanya aku sama kalimat ini, sampe aku taruh di skripsiku lo!!)

Nb: bagi yang punya pengalaman dan cerita yang memotivasi para PTTJ, silahkan ditulis di comments, nanti saya postingkan beserta nama dan URL Blog kamu


Posting Lebih Baru Posting Lama

One Response to “Kisah Si Penulis Tanpa Tanda Jasa”

klinik novel mengatakan...

ngakak sendiri waktu ngeliat komentku di novel pertama dicetak disini..... jadi penulis itu memang jangan pernah berhenti berkhayal, karena dari khayalan itu biasanya datang sebuah ide, dan dari sebuah ide munculah sebuah maha karya, dan dari sebuah maha karya, kita akan terpancing untuk membuat maha karya-maha karya lainnya.....