Pernah nggak sih, baca bagian
“Language” di facebook? Pasti isinya Indonesian, Mandarin, English, French
(walau kadang yang tulis Cuma sok-sokan aja padahal ngga bisa) dan masih banyak
bahasa lainnya? Kalo pernah, pantas ngga kalo kita tulis : Manado Language,
Java Language dan bahkan Batak Language di facebook sebagai keahlian kita? Pastinya ngga ya..soalnya saya ngga pernah
lihat lo orang yang nulis begitu, termasuk saya.
Kini, mari mulai postingan ini dengan membicarakan
tempat asal saya. Saya asli orang Ternate, kota cantik di Maluku Utara yang
kemudian mengalami kerusuhan sehingga saya harus pindah ke Manado dan mengubah
cara saya mengucapkan kata “tidak” dari “Tarada” menjadi “Nyanda”. Gile, pindah
kota aja harus belajar bahasa baru. Saya mah dalam keadaan cukup ok karena
bahasa Manado ngga begitu beda jauh dengan Ternate sehingga lebih mudah
beradaptasi daripada saudara saya yang “mengungsi” ke Surabaya sehingga harus
belajar bahasa Jawa. Bahkan di sekolahnya pun diajarkan bahasa jawa sebagai
salah satu mata pelajaran. Waktu liburan, saya pernah berkunjung ke Surabaya
dan asli kalo bicara sama penduduk yang bicaranya jawa banget, sampe bingung
menterjemahkannya. Saya juga pernah ke Bali bersama dua adik saya yang semangat
banget belajar Bahasa Bali. Mereka terus-terusan minta diajari bahasa Bali.
Gile. Masih di Negara yang sama juga. Ngga tau deh ada berapa ribu bahasa di
Indonesia. Bahkan di Sulawesi Utara saja, kalo saya main-main keluar Manado ke
Tondano, logat bahasanya jadi beda. Untuk yang penasaran dengan bahasa Manado,
silahkan baca artikel saya yang berbahasa Manado di
sini. Untuk yang mau
belajar bahasa Manado, silahkan klik di
sini.
Melihat perbedaan itu, saya jadi ingat cerita
mengenai menara Babel. Menara Babel yaaa…bukan Bangka Belitung yang sering
disingkat sebagai babel. Konon karena manusia menjadi sangat arogan dan lebih
hebat dari Tuhan, mereka membangun menara dengan langit sebagai puncaknya untuk
memuliakan manusia.Dan sebagai hukumannya, semua jadi berbicara dengan
bahasa-bahasa yang berbeda agar tidak bisa berkomunikasi sehingga pembangunan
menara menjadi kacau.
Mendengar cerita tersebut, saya
jadi menyadari dua hal. Yang pertama, tentu saja kita harus taat kepada Tuhan
Yang Maha Esa. Dan, yang kedua, saya akhirnya tahu betapa hebatnya bila semua
manusia bisa berkomunikasi dengan bahasa yang sama. Dan sekedar informasi saja,
Indonesia adalah Negara keempat populasi terbanyak se-dunia. Bayangkan apa yang
bisa dilakukan bila semua penduduk bisa berkomunikasi bersama untuk mencapai
satu tujuan?
Untuk itu, saya harus angkat topi
dengan adanya Sumpah Pemuda, yang menyatakan : Satu Tanah Air, Satu Bangsa dan
Satu Bahasa karena dengan adanya jumlah penduduk yang luar biasa banyak dengan
bahasa yang berbeda-beda, kita semua tetap bisa berkomunikasi dengan satu
bahasa yang sama. Itu baru saja bicara soal bahasa. Belum termasuk budaya di
setiap tempat. Tiap kota yang kita kunjungi pasti memiliki budaya dan makanan
khas yang berbeda-beda.Di Manada ada Tinutuan, Di Ternate ada Popeda, Di
Makassar ada coto Makassar dan tentu saja kita bisa makan ayam betutu di Bali
dengan bumbunya yang khas.
Itu baru makanan saja yaaa…belum
termasuk alam pariwisata yang luar biasa. 1 kota pasti memiliki minimal 1
tempat wisata yang dikunjungi dan jujur saja,itu adalah murni lokasi pariwisata
yang dibentuk alam, bukan beberapa tempat wisata “buatan” seperti di Korea yang
tercipta karena adanya film korea. Tanpa melakukan apa-apa, kita sudah bisa
memiliki tempat wisata sendiri. Luar biasa ya berkat Tuhan untuk Negara kita.
Dari dulu, saya selalu iri dengan
Negara-Negara di luar sana karena mereka punya empat musim : Musim Panas, Musim
Dingin, Musim Semi dan Musim Gugur. Sementara kita? Ngga asik banget karena
Cuma punya dua musim : Musim Kemarau dan Hujan plus ratusan musim lainnya
seperti musim rambutan, musim durian dan lainnya ;)
Hal itu agak sedikit berubah
ketika mendengar teman saya bilang kalo salju sih asyik tapi kulitnya jadi
kering dan juga mereka harus mempersiapkan diri terutama pada musim dingin
karena dinginnya minta ampun, sementara Negara tropis kita sih enjoy aja setiap
tahun Karena musimnya itu-itu saja jadi yang ada cuma celana pendek dan celana
panjang serta kaos dan jaket seadanya. Nggak perlu banyak pusing-pusing.
Itu baru musim yaaa. Omong-omong
soal kekayaan alam, saya pernah berkunjung ke Ratatotok, sebuah kawasan di
Minahasa dan perlu diketahui kalo lokasinya kaya akan emas. Bahkan di kawasan
di dekatnya yang bernama Moreah, tanah mereka sangat subur sehingga sangat baik
untuk bercocok tanam. Hebat nggak sih Negara kita?
Dengan kekayaan alam yang kita
miliki, kalo diolah dengan baik, kita harusnya menjadi Negara terkuat di
seantero dunia. Bayangkan saja kalo potensi tiap kota dikelola dengan baik dan
kemudian tiap kota memiliki spesialisasi sendiri. Kita bisa “menghidupi” diri
kita sendiri karena transaksi hanya terjadi antar tiap kota. Asik,kan? Bicara tentang
produk lokal, jumlah penduduk kita tuh 245 juta. Dapat 1% nya aja sudah
lumayan. Negara kita nih pasar yang ngga main-main. Populasi keempat terbanyak
di dunia ciiin ;)