Saat ini, mungkin tidak banyak dari kita yang mengenal nama Jalila Essaidi, seorang peneliti di Konsorsium Forensik Genetik Belanda.
Namun tak lama lagi, kemungkinan besar, nama ini akan mengguncang dunia karena
beliau sedang mengembangkan proyek manusia anti peluru, proyek yang sampai saat
ini hanya bisa kita lihat di film-film superheroes seperti Spiderman dan
Superman. Manusia anti peluru ini sendiri bisa tercipta dengan cara
mencampurkan kulit manusia dengan sutra laba-laba dengan salah satu dasar bahwa
konsep penggunaan sutra laba-laba memang dulunya dipakai oleh pasukan berkuda
Jenghis Khan. Adapun keberadaan proyek manusia anti peluru yang dinamakan "2,6
gram 329 meter per detik" ini akan sangat berguna untuk menekan angka kematian
akibat senjata sehingga bisa memberikan rasa aman bagi pemakainya, terutama
pada masa perang, dimana serangan peluru bisa datang dari mana saja.
Sungguh mengagumkan mengetahui bahwa di saat pihak
lain membuat cerita mengenai pahlawan yang menahan peluru, pihak Belanda justru
mulai merealisasikannya dan hal itu tentu saja tidak lepas dari budaya orang
Belanda yang terbuka dan lugas sehingga dalam hal mental, masyarakat Belanda
adalah masyarakat yang “tahan peluru” maka tidak heran, berbagai inovasi dan
“ide gila” bisa datang dari Belanda. Sistem pendidikan juga berperan penting
dalam penciptaan para “manusia anti peluru” dari Belanda ini karena setiap
sistem pembelajarannya student-oriented sehingga pendidik hanya menjadi
pembimbing dan bukannya pendikte.
Hal ini yang kemudian membuat wawasan dan
ide-ide inovatif berkembang biak di Belanda. Dalam pengakuan salah satu
mahasiswa India bernama Dhaval Shah, kuliah di Belanda menjadikan dirinya terus
mengambil bagian dan dikondisikan untuk terus menjadi kritis, mengajukan berbagai pertanyaan dan
berinteraksi dengan teman sekelas maupun pendidik sehingga, dengan cara belajar
interaktif dengan menjadi kritis tanpa malu mengajukan pertanyaan dalam kelas
dan bukannya mendekati pendidik setelah kelas karena takut pertanyaannya
ditertawakan,tidak heran Belanda bisa menghasilkan mental-mental tahan peluru.
Akhir kata, lepas dari proyek fisik “manusia tahan
peluru” yang dikembangkan oleh Jalila Essaidi, perlu disadari bahwa proyek
tersebut bisa terlaksana karena Belanda sudah berhasil dalam proyek mental
“manusia tahan peluru” mereka.
Referensi :