Feibe, Jagoan saya di Belanda
Jagoan Saya
Setelah beberapa kali membahas tentang Negara sendiri, gpp kan kalo kali ini saya membahas tentang Negara lain? Naah…Negara yang beruntung kali ini (halaah!!) adalah Belanda (suit..suit…). Alasannya? Karna saya kebetulan punya teman di sana jadi lumayanlah sebagai latar belakang cerita.
Teman saya ini namanya Feibe. Saya bertemu dengan Ebe saat masuk kuliah namun akhirnya harus berpisah karena pas semester tiga, Ebe memutuskan untuk berhenti kuliah dan mencari pengalaman baru di Belanda karena kebetulan saudaranya di sana menawarkan dia untuk tinggal bersama mereka di sana. Bila teman-teman menjadi Ebe, apa yang akan teman-teman pilih? Menyelesaikan kuliah atau Ikut ke Belanda?
Jujur saja, untuk saya pribadi, saya pasti akan memilih tinggal dan menyelesaikan kuliah dulu karena udah terlanjur bayar uang masuk 10 jeti jadi, sayang sekali bila saya meninggalkan sesuatu yang belum saya selesaikan demi hal yang belum pasti, dan itulah yang saya katakan pada Ebe saat kami berbincang-bincang mengenai hal ini. Namun pada akhirnya, semuanya terserah pada Ebe dan dia memutuskan untuk menyambut kesempatan langka itu. Maka, hanya dengan bekal nekat (waktu itu,bahasa Inggris Ebe belum terlalu lancar), dia pun berangkat sendiri dari Manado ke Belanda. Katanya, “Saya pasti nyampe…biar pake bahasa inggris patah-patah untuk tanya-tanya, saya pastu nyampe…saya harus nyampe..”. Makanya, Ebe pun menguatkan diri untuk pergi ke Amsterdam dengan Malaysian Airlines dengan rute : Manado-Malaysia-Amsterdam yang mana, perjalanan Manado-Malaysia butuh waktu 3,5-4 jam dengan waktu tunggu sekitar dua jam di Airport Malaysia dan lalu nyabut ke Amsterdam dengan duduk “santai” di Malaysian Airlines selama 12-13 jam (gilee..perjuangannya itu lo).
Setelah nyampe di Belanda, Ebe sempat kembali ke Jakarta untuk mengurus MVV dan memanfaatkan waktu luang dengan belajar Bahasa Belanda. Waktu pertama kali dengar kalo Ebe belajar bahasa Belanda, saya sempat tanya mengenai bahasa yang dipakai di Belanda dan Ebe menjawab, Orang Belanda biasanya menggunakan Bahasa Belanda namun kalo kita ajak ngomong pake Bahasa Inggris, pasti dibalas Bahasa Inggris jadi setidaknya, saya pasti bisa bertahan hidup di sana walau ngga bisa bahasa Belanda,hehehe. Buat teman-teman yang berencana studi di Belanda, banyak juga kok jurusan yang memakai bahasa Inggris dengan pengajar yang bahasa inggrisnya yahud jadi, bahasa so pasti bukan kendala ya? (bilang makasi dong, atas infonya,hehehe..)
Saya sempat bertanya dalam hati, mengapa ya kebanyakan orang Belanda bisa bahasa Inggris dan sejauh ini, jawaban yang paling memuaskan dan masuk akal adalah karena Belanda telah menjadi Negara dengan multi ras dan suku di dalamnya sehingga tinggal dan belajar di Belanda akan membiasakan kita untuk bertemu, berteman dan mencari jodoh orang dari bermacam-macam negara (dipilih..dipilih…) Dengan adanya keanekaragaman seperti itu, di Belanda, kita sebagai orang Indonesia asli (yang 100% nasivora alias pemakan nasi sejati,hehehe) bisa menemukan makanan pokok kita itu di Supermarket yang ada bahkan, buat yang suka jajan di restoran Cina dan India, semuanya tersedia lengkap. Yahud deh…ternyata bisa juga saya bertahan hidup di sana,hehehe…
Keanekaragaman di atas juga yang mungkin bikin Ebe bersikeras untuk tinggal di Belanda dan rela menjalani masa penantian yang panjang karena buktinya Ebe sekarang sudah studi di sana, kerja d sana, udah jago bahasa inggris dan bahkan punya pacar orang sana (hehehe…). Bukan berarti saya terobebsesi punya pacar orang Belanda lo…saya masih cinta produk dalam negri kok, karna papa saya mau saya nikah sama orang Indonesia dengan alasan : lebih mudah dimaki-maki kalo suami saya nantinya kurang ajar (kalo orang barat, susah dimaki-makinya, g nyambung,hihihi). Pada akhirnya, sebagai teman, jujur saya sangat salut pada ketegaran dan kesabaran Ebe dalam masa penantian itu. O iya, buat teman-teman yang ingin ke Belanda bulan juli ini, coba deh ikutan kompetisi blog dari neso. Lumayan lo hadiahnya, dari digital camera, notebook sampe summer course di Belanda. Saya juga ikutan. Kamu?